SUGENG SUMPING

Silahkan dibaca dan dicerna dengan pendekatan makna yang menurut anda adalah sebuah kebenaran. Jika tidak berguna jangan diambil, jika berguna silahkan diambil...salam untuk kalian dan orang-orang yang mencintai kalian.

Sabtu, 16 April 2011

CATATAN UNTUK SAHABAT


Sahabat, hari ini kubersyukur masih masih melihat mentari terbit dengan sinarnya yang keemasan menghangatkan pagi yang dingin. Setiap melihat mentari terbit kuselalu kembali mengingat kalian, mengingat wajah-wajah kalian yang penuh dengan semangat dan harapan. Yang senantiasa memotivasiku untuk terus maju dengan tersenyum.

Apa yang pernah kita lakukan memanglah tak semuanya benar, malah mungkin banyak salah dan dosanya..hehe. Tapi toh pada waktu itu kita beranggapan bahwa apa yang kita lakukan adalah kebenaran bagi kita sendiri, walaupun orang-orang menganggap kita salah. Orang-orang melihat kita hanyalah sekelompok anak muda yang tidak memikirkan masa depan karena terlalu sibuk dengan hal-hal yang mereka anggap tabu dan merugikan diri kita sendiri. Mereka menganggap kita hanyalah segerombolan anak muda yang kerjaannya bolos sekolah, nongkrong, berkelahi, dan melakukan hal-hal yang tak terpikirkan oleh orang lain.

Kita melakukan apa yang dilarang, kita melanggar apa yang seharusnya dipatuhi. Malah terkadang kita memfungsikan perpustakaan sekolah sebagai tempat nongkrong ngeliatin cewek-cewek atau hanya sekedar untuk ketawa-ketawa menghias teriknya hari. Memfungsikan dapur kantin sebagai tempat yang paling aman untuk sembunyi dari pengawas sekolah kala ada pemeriksaan kedisiplinan. Dan menjadikan UKS sebagai tempat yang sangat nyaman untuk tidur dikala teman-teman yang lain mengikuti upacara bendera.
Tidak hanya di sekolah, dalam kehidupan sehari-haripun terkadang kita melakukan hal-hal yang sekarang kita pertanyakan sendiri “kenapa waktu itu kita melakukan hal itu?”. Dan terkadang kita hanya tersenyum mengingatnya.

Masih teringat kalau malam minggu, dimana rata-rata orang keluar rumah sekitar jam tujuh malam. Tetapi kita baru keluar rumah sekitar jam 11 malam, nongkrong depan stasiun radio sambil makan bubur kacang ijo ditemani TV kecil punya abang tukang kacang ijo. Kemudian beli rica-rica yang pedesnya minta ampun yang tak pernah habis kumemakannya walau ditemani segelas teh manis hangat. Kemudian jalan-jalan muter-muter kota dengan motor tua yang selalu selamat dari razia POLISI walaupun ga punya SIM.

Dan sesekali kalau ada waktu luang (kadang sengaja bikin waktu luang dengan cara bolos…hehehe) kita pergi ke pantai atau naik gunung. Paling enak kalau pas mau ke POS Pendakian Gunung Selamet naik mobil bak terbuka terus lewatin kampung, biasanya banyak anak-anak kecil ngejar-ngejar mobil yang kita naikin. Kita lemparin permen dan mereka berebutan sambil ketawa-ketawa, sungguh indahnya melihat tertawa kalian.

Sekarang semua itu hanyalah kenangan, hanya cerita. Tapi sebenarnya masa lalu telah banyak mengajari kita banyak hal sehingga kita bisa menjadi seperti sekarang, memiliki karakter seperti sekarang, dan memiliki pemikiran seperti sekarang. Sekarang kita tahu alasannya kenapa ada hal-hal yang dilarang untuk kita lakukan, kenapa ada hal-hal yang harus kita patuhi. Kita tidak hanya sekedar tahu hal itu dilarang tapi kita juga dapat memahaminya karena kita pernah bersentuhan langsung dengan yang dilarang itu, kita pernah melakukan hal yang dilarang-dilarang itu, jadi kita tahu kenapa hal itu dilarang. Dan kita juga tidak hanya sekedar mematuhi, tapi kita mengerti dan memahami kenapa kita harus mematuhinya karena kita pernah melanggarnya dan merasakan sendiri akibatnya.

Dengan cara itulah mungkin alam mengajarkan kita tentang kehidupan sehingga sekarang, besok, atau suatu saat nanti kita bisa menceritakannya kepada orang lain sebagai cerita ataupun nasehat. Yang jelas kita selalu percaya bahwa rencana Tuhan akan indah pada akhirnya. Amiiin.

Kamis, 17 Maret 2011

SOELASTRI SOETISNA

Mari sini sayangku,
duduklah disampingku..
sambil menyaksikan gerimis yang turun manis..
semakin menambah suasana romantis..
dengan ditemani dua cangkir teh yang tidak terlalu manis..
tertawa dan bercanda dalam keakraban..
menyaksikan anak-anak manusia bercanda..
dibawah rintik sang hujan..

Tangan kita saling menggenggam erat..
mata kita saling bertemu..
dan senyum tersungging dari bibir manismu..

Aku mencintaimu sayangku..
mencintaimu seutuhnya dirimu..
segala jiwamu...
menerimamu apa adanya..
menerima masa lalu dan masa depanmu..
kau dan aku bersatu..
untuk selamanya..
aamiin..

Selasa, 15 Maret 2011

ANGKRINGAN OH ANGKRINGAN


Apakah kalian pernah nangkring?
Apakah kalian pernah ke angkringan?
Apakah kalian pernah nangkring di angkringan?
Apa yang kalian rasakan ketika nangkring di angkringan ? (yang udah pernah)

Inilah sebuah tulisan yang terinspirasi dari sederhananya sebuah angkringan. Menurut saya, angkringan itu membuat kita bisa mengenal wajah masyarakat Indonesia yang sebenarnya. Kenapa, karena angkringan memperjelas kebutuhan manusia Indonesia akan pangan yang murah, akan kebebasan berkumpul dan berserikat, akan kebebasan berpendapat, dan harganya yang murah memberi kebebasan untuk nambah atau tidak nasinya…hehe

Angkringan adalah salah satu contoh tempat sosialisasi yang sangat mengedepankan realita, disamping majunya teknologi komunikasi. Dua-duanya memang media komunikasi masa, tapi angkringan lebih bisa menyajikan secara langsung emosi seseorang tanpa perantara layar kaca, ataupun satelit. Sehingga ikatan emosi antar personal akan lebih dekat, dan hati nurani akan lebih terasa karena langsung bersentuhan dengan objek.

Seperti angkringan, tulisan inipun tak jauh sederhananya dengan angkringan...hehe
Angkringan..oh…angkringan…

 gambar : www.google.com

Minggu, 27 Februari 2011

KETIKA HARI TAK LAGI BIASA

Hari itu sebenarnya adalah hari yang melelahkan bagiku, dua hari berkutat dengan perpolitikan mahasiswa dan pulang malam hari ke kamar kos dengan segala kelelahan yang memaksaku untuk segera berbaring di kasur kesayangan. Berusaha berbincang lewat pesan singkat, tapi ternyata arus sinyal operator tidak sesingkat pesan yang kutulis untuknya. Seorang gadis yang telah meawarnai hari-hariku terakhir ini. Seorang gadis yang menginspirasiku bahwa segala sesuatu selalu tepat pada waktunya.

Karena bosan menunggu tulisan yang terlalu lama berjalan di kabel-kabel operator, atau terlalu lama merambat dialtar satelit akhirnya kulangsung meneleponnya. Pertama terdengar nada nyambung, kemudian tak berapa lama terdengar suaranya. Sebuah keajaiban teknologi bisa mendekatkan jarak antar manusia yang terpisah, tapi sepertinya sebuah ketidakmungkinan jika teknologi bisa mendekatkan manusia dengan Tuhan nya.

Tak pentinglah membicarakan teknologi disaat rasa rindu tak bisa dikompromi. Kumulai berbincang dengannya, berbincang dalam suara-suara yang selalu kita mengerti dalam bahasa Indonesia yang telah banyak menyatukan perbedaan diantara kita.

Obrolan ke utara ke selatan akhirnya sampai juga pada satu titik kumengajaknya jalan-jalan ke kota Yogyakarta. Sebenarnya kutaktahu kenapa harus mengajaknya kesana, ke kota yang masih sangat kental dengan budaya kerajaannya, kota yang menjadi saksi mata hebatnya letusan gunung Merapi yang banyak memakan korban. Dan kota yang sekarang telah menjadi saksi mengenai apa saja yang kulakukan bersamanya selama dua hari satu malam di kota gudeg itu.

Perjalanan ini memang tanpa direncakan, tapi semua sudah tepat pada waktunya. Tepat waktunya kumengajaknya, tepat waktunya kami mendapat tiket duduk di kereta ekonomi, tepat waktunya kereta berangkat dan tiba. Yang terpenting adalah aku bersama orang yang tepat.

Perjalanan dari Jakarta ke Yogyakarta tidaklah singkat, proses perjalanan memakan waktu kurang lebih 9 jam. Banyak hal yang terjadi selama Sembilan jam itu, walaupun kami hanya menghabiskan waktu ditempat yang sama. Ya itulah kehidupan, selalu ada saja moment yang terjadi entah itu dibuat ataupun terjadi dengan sendirinya tanpa disadari. Moment-moment yang terkadang kalau kita perhatikan dan resapi banyak sekali mengandung madu kesadaran. Madu-madu kesadaran yang akan banyak mempengaruhi kebajikan seseorang dalam mengarungi kehidupannya, beruntunglah mereka yang sering meminum madu kesadaran dalam hidupnya.

Pagi hari kami tiba di Yogyakarta, disambut dengan deru pesawat yang terbang begitu rendah dan ramainya para tukang becak yang siap mengantar kita kemana saja. Pagi ini kami awali dengan doa dan sarapan soto ayam depan stasiun Lempuyangan.

Selesai sarapan, kami diantar menggunakan becak ke stasiun Tugu di dekat jalan malioboro. Keramahan kota Yogyakarta dan tenangnya suasana membuat kami tak henti tersenyum menikmati suasana yang semakin mengakrabkan kami.

Senin, 21 Februari 2011

ROMANSA KERETA


Kereta malam membawa kita
Menyusuri segala tanah yang ramah
Menyingkap malam dengan sirine lokomotif
Kau duduk disampingku
Bercerita tentang hari dimana kita tak bersama
Kau tersenyum manis disela ceritamu
Matamu berbinar penuh kerinduan
Seperti biasa aku terdiam mendengarnya
Hanya segurat senyum dalam diamku
Kau terus bercerita mengisi kesunyian gerbong kereta
Walau malam telah meraja
Tapi kantuk entah kemana perginya
Hingga lelah perlahan menyapa
Kau bersandar dipundakku
Aku mulai memejamkan mata
Menerima kenyataan tentang dirimu
Yang kini ada dihatiku
Kau tertidur hingga sesuatu membangunkanmu
Kereta hampir tiba di stasiun Jatinegara
Pagi yang dingin menyambut kita
Kau merangkulku erat penuh rindu
Aku mengecup pipimu
Dan kau mengecup pipiku
Pgi yang indah kita rasa
Dalam cinta kita tersenyum tertawa
Untuk selamanya.

Minggu, 20 Februari 2011

SEKEPING UANG DALAM KEHIDUPAN


salam semangat untuk kalian yang selalu merindukan perubahan..

butir-butir air yang masih menetes di kaca bus sedikit menghalangi pandanganku, suara nyanyian pengamen memenuhi suasana bus yang tak begitu padat. di sebelah kanan terlihat patung pancoran yang sudah kumal dan kusam oleh debu-debu kemodernan, segala yang ada di bumi ini memang selalu punya dua sisi yang berbeda..begitupun kemdernan, tak semuanya kemodernan itu baik.

sampai di dekat pintu tol, bus dan semua kendaraan diberhentikan. ternyata akan ada seorang mentri yang akan melintas. beberapa saat terdengar gumaman-gumaman penumpang bus yang menyuarakan kekecewaan, "selalu saja kepentingan mereka yang didahulukan, ngomongnya sih untuk rakyat juga, tapi mana hasilnya.." itulah salah satu gumaman mereka, ada juga yang berceloteh "sepenting apakah mereka sehingga harus didahulukan, mungkin mereka tak sabar untuk bercinta dengan harta dan jabatan mereka..". Aku dan beberapa orang dalam bus hanya tersenyum...ya itulah suara rakyat yang sebenarnya, suara yang tak lagi bisa mempercayai pemerintahan yang dirasakan tidak bisa memperjuangkan rakyatnya.

tak lama berselang, rombongan mentri datang. suara sirine mobil pengawal meraung-raung memberi tanda pada semua orang bahwa ada orang pemerintahan akan lewat. "Sana kau cepat-cepatlah berlalu dari hadapan kami, supaya tak sampai kami muntah melihat hitam dan gelapnya kaca mobilmu...melihat ketakutanmu pada kami rakyat yang sengsara oleh kau yang selalu mementingkan lambungmu yang penuh dengan belatung-belatung kebusukan itu..." teriak seorang pengemis dipinggir jalan yang menarik perhatian kami. 



Mungkin seperti itulah cerminan rakyat dan pemerintahan kita, tapi harus diingat bahwa segala dualitas hidup selalu memiliki dua sisi yang saling melengkapi...mari kita bersama menemukan sisi baik dari rakyat dan pemerintahan kita...dan jadikan kebaikan-kebaikan itu sebagai bahan dasar perbaikan negara kita yang dirasa sudah compang-camping oleh kepentingan individu, dan kelompok tertentu...

Hanya aku, kau, dan kita semua yang mampu melakukannya.
Tersenyum dan bersemangatlah, karena kalian adalah penggubah Zaman..

SECANGKIR KOPI dan TAHUN BARU

Sore, 29 Desember 2009. Masih nongkrong di kantin Darna ditemani secangkir kopi dan kepulan asap dari rokoknya darna, di pojok meja seorang anak bernama Gafur sedang asik dengan imajinasinya sambil menikmati mendungnya awan yang entah kapan akan turun hujan.

Petir - petir berkilatan menghias gelap langit sore, gerimis mulai datang. Daun - daun kering berguguran dari pohon di depan ruang Audio Visual. OB sedang asik membereskan sampah - sampah yang berserakan di depan kantin, dengan sarung tangan biru yang membungkus tangannya.

Tak ada yang spesial di penghujung tahun ini, semua masih berjalan seperti biasanya. Diri ini pun masih sendiri, masih sibuk dengan imajinasi, masih suka naik gunung daripada kuliah.

Tanggal satu inginnya naik gunung, merenung dari tempat tinggi sambil melihat hamparan awan dengan sejuk dan segarnya udara pegunungan. Ditemani pohon - pohon edelweis, dan rumput lembut yang menutupi tanah lembab di puncak itu.

Kuteguk kembali secangkir kopi hitam itu, kuperhatikan sebentar segelas kopi itu. Warnanya hitam, ada sedikit butir - butir serbuk kopi tertempel di pinggir gelas. Mungkin seperti itu jugalah kehidupan di tahun 2009 ( kalo boleh kita sebut batasan waktu ), seperti kopi. Penuh dengan lika - liku, penuh dengan intrik dan konflik, penuh dengan drama tak berskenario, begitu hitam. Tapi ketika kita tidak hanya melihat hitamnya kehidupan, tapi kita juga berusaha mencicipi dan meneguk realitas dengan kesadaran maka disana kita akan menemukan manisnya kehidupan. Selalu begitu, selalu ada dua sisi yang dihadirkan oleh kehidupan.

Kuletakan gelas kopi di atas meja yang kusam, Darna pamit pulang setelah dia membereskan jualannya. Kantin mulai sepi, mulai kosong...tak ada lagi canda tawa teman - teman mahasiswa, atau teriakan - teriakan penjual, semua sepi.

Tapi di dalam kesepian itu, ada sebuah harapan muncul dari tirai - tirai air hujan. Harapan yang membuat planet - planet terus berputar, yang membuat matahari terus bersinar, dan yang membuatku terus berusaha mencapai bintang - bintang terang di langit kehidupan.

Secangkir kopi dan tahun baru, sekuntum bunga dan lebah, sepotong kedamaian dan senyuman kecil manis di awal tahun 2010. Selamat memasuki hitungan baru tahun masehi, hitungan ke 2010. Semoga dan berharap kalian akan semakin menjadi pribadi yang baik, yang selalu menjalani kehidupan ini dengan kesadaran, pribadi yang bisa menghormati sesama, lingkungan, dan alam semesta.

Tersenyum selalu untuk kalian, Semangat!!